Temanggung, 7 Oktober 2025 – Dalam rangka menghadapi potensi bencana di musim penghujan, Pemerintah Kabupaten Temanggung menggelar Apel Gelar Pasukan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Tahun 2025 di halaman Polres Temanggung, pada Selasa (7/10/2025).
Kegiatan tersebut diikuti oleh unsur TNI/Polri, BPBD Kabupaten Temanggung, Satpol PP dan Damkar, Relawan PMI, SAR, ORARI, MDMC, Tagana, Baguna, dan Bagana, sebagai bentuk sinergi lintas sektor dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana.
Dalam sambutannya, Bupati Temanggung menyampaikan bahwa hingga 6 Oktober 2025, tercatat telah terjadi 229 kejadian bencana di wilayah Kabupaten Temanggung. Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Temanggung, bencana tersebut didominasi oleh cuaca ekstrem sebanyak 88 kejadian, tanah longsor 83 kejadian, dan banjir 58 kejadian.
“Data ini menunjukkan bahwa potensi bencana di Kabupaten Temanggung masih tinggi. Oleh karena itu, seluruh elemen harus terus meningkatkan kesiapsiagaan dan memperkuat koordinasi di lapangan,” ujar Bupati dalam arahannya.
Bupati juga menjelaskan bahwa Kecamatan Temanggung menjadi wilayah dengan kejadian cuaca ekstrem dan banjir terbanyak, sedangkan Kecamatan Tretep mencatat tanah longsor tertinggi dengan sembilan kejadian sepanjang tahun ini.
Dampak dari berbagai kejadian tersebut cukup besar bagi masyarakat. Banjir mengakibatkan 5 jiwa mengungsi dan 3 jiwa meninggal dunia, sementara cuaca ekstrem menyebabkan 38 jiwa mengungsi. Adapun tanah longsor berdampak terhadap 1.658 jiwa di sejumlah wilayah rawan.
Kerusakan yang ditimbulkan pun meluas pada berbagai sektor. Data BPBD mencatat, terdapat 25 fasilitas umum dan 11 fasilitas pendidikan yang rusak, serta 182 rumah terdampak — terdiri atas 11 rusak berat, 40 rusak sedang, 118 rusak ringan, dan 13 rumah terendam banjir. Selain itu, 11 jaringan irigasi, 15 kilometer jalan, 1 jaringan air bersih, 1 jaringan telekomunikasi, dan 2 jaringan listrik juga mengalami kerusakan.
Sebagai langkah antisipatif, Pemerintah Kabupaten Temanggung melalui BPBD terus memperkuat upaya mitigasi bencana melalui pemetaan wilayah rawan, peningkatan koordinasi lintas sektor, penguatan Desa Tangguh Bencana (Destana), serta sosialisasi kesiapsiagaan masyarakat lewat kegiatan pembersihan lingkungan dan pengaktifan sistem keamanan lingkungan (siskamling).
Pemantauan kondisi cuaca dan wilayah rawan juga dilakukan secara berkala melalui sistem peringatan dini (early warning system) dan pos pantau lapangan.
“Apel gelar pasukan ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan wujud kesiapan dan komitmen bersama seluruh elemen untuk melindungi masyarakat Temanggung dari ancaman bencana,” tegas Bupati.