Gempa bumi merupakan fenomena alam yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap kehidupan manusia. Untuk memahami dan mengklasifikasikan kekuatannya, para ahli telah mengembangkan berbagai sistem pengukuran. Salah satu sistem pengukuran tertua yang pernah digunakan adalah Skala Mercalli.
Asal Usul Skala Mercalli
Skala Mercalli pertama kali diperkenalkan oleh Giuseppe Mercalli, seorang vulkanologis asal Italia pada tahun 1902. Tidak seperti sistem pengukuran gempa yang berbasis instrumen, skala ini disusun berdasarkan pengamatan langsung dari dampak gempa, seperti kerusakan bangunan, reaksi manusia, dan perubahan lingkungan di sekitar wilayah terdampak.
Ciri Khas dan Tingkatan Skala
Skala Mercalli terbagi menjadi 12 tingkat, dari I (tidak terasa) hingga XII (kerusakan total). Penilaian setiap tingkatan didasarkan pada kesaksian orang-orang yang selamat serta pengamatan visual terhadap kerusakan yang terjadi. Karena metode ini bersifat kualitatif dan sangat tergantung pada interpretasi manusia, maka skala Mercalli dianggap subjektif dan kurang akurat jika dibandingkan dengan sistem pengukuran gempa modern.
Perbandingan dengan Skala Richter
Saat ini, penggunaan Skala Richter jauh lebih umum digunakan. Skala Richter mengukur kekuatan gempa berdasarkan energi seismik yang dilepaskan pada sumber gempa, dan hasilnya bersifat kuantitatif serta objektif, karena didasarkan pada data yang ditangkap oleh alat yang disebut seismometer.
Namun demikian, Skala Mercalli masih memiliki peran tersendiri, terutama di wilayah yang belum memiliki alat pengukur gempa. Dalam kondisi seperti ini, versi modifikasi dari Skala Mercalli—yang dikembangkan pada tahun 1931 oleh Harry Wood dan Frank Neumann—masih digunakan untuk memberikan gambaran mengenai dampak gempa terhadap masyarakat dan lingkungan.
Kesimpulan
Meski telah tergantikan oleh sistem pengukuran gempa modern seperti Skala Richter dan Skala Magnitudo Momen, Skala Mercalli tetap menjadi bagian penting dalam sejarah ilmu seismologi. Nilai historis dan aplikatifnya dalam situasi darurat menjadikannya tetap relevan, khususnya dalam memberikan gambaran awal tentang dampak gempa di wilayah yang belum dilengkapi alat seismik.